Wishing all our dear readers a very happy and prosperous Chinese New Year! We’ll be back next week.
We leave you with greetings from Malaysia’s beloved poet, Usman Awang. This poem is 50 years old, but it’s one angpau that never stops giving.
Pemuda dan Gadis Tionghua
(Kong Hee Fat Choy buat Lim. Goh dan Linda)
HARI depan yang manis dalam usia tanah air
mengisi wajah para pemuda dan gadis Tionghua
sederap tumbuh bersama pohon-pohon bumi subur
pucuk getah dan ladang petani disinari matari timur.
Pada tangis pertama kelahiranmu di bumi ini
sampai saat terakhir nafas dalam melangkah kaki
teguh-teguhlah menyanyikan lagu tanah air tercinta
bersama kita atas kesegaran kepedihan bumi merdeka.
Bukankah kecurigaan telah terbunuh ketika kita bersapa
hidup ini sudah terbenam pada persamaan nasib semata
kaum pekerja dan petani dalam satu sumber mengalir
sama-sama menyanyikan lagu terbagus untuk tanah air.
Pemuda dan gadis Tionghua, di sini bumi dan udara kita
yang menghidupkan dan bagi kematian, o tanah air
dengan kepastian tidak seorangpun akan mungkir
kerana kejujuran tertambat pada kesetiaan mengalir.
Lihatlah makam nenek moyang sebagai sejarah terpahat
darahnya dalam darahmu segar di kulit kuning langsat
esok, ketika tahun baru, akan kukirimkan sebuah angpau
dalamnya sebuah cinta dari jantung tanah dan pulau!
Usman Awang
1961
And because we love you so, here are 8 classic Malaysian artworks which have alot of red in them!
Sylvia’s Lee Goh, Red Bride,1996, Oil on canvas
Wong Pek Yu, To Be Or Not To Be 0 Standing Egg, 2000, Stainless steel & epoxy resin
Redza Piyadasa, Two Malay Women,1982, Mixed media and collage on board
Ahmad Khalid Yusoff, Oppositions, 1993
Lai Foong Moi, The San Sui Worker, 1967, Oil on canvas
Georgette Chen, Rambutans And Mangosteens, 1950, Oil on canvas
Sharifah Fatimah Zubir, Sri Jingga Indera Kayangan, 1998, Acrylic on canvas
No comments yet.
Sorry, the comment form is closed at this time.